Rabu, 25 Maret 2015


GUA BITAUNI






        Gua Bitauni adalah sebuah Gua alam yang terdapat di Bukit Bitauni dan terletak diporos utama jalan Trans Timor yang berjarak kurang lebih 28 Km dari Kota Kefamenanu.
Gua yang kini menjadi tempat ziarah dan berdoa umat Katolik ini, dulunya merupakan benteng batu tempat persembunyian bagi suku – suku tertentu, ketika masih terjadi perang antar suku diwilayah Timor.
Berdasarkan kisah sejarah, nama Bitauni bersasal dari kata “NBI” yang dalam bahasa Dawan yang berarti DISINI, dan “NATAUNON” yang berarti BERTAHAN, maka lahirlah kata BITAUNI yang berarti BERTAHAN DISINI atau BENTENG PERTAHANAN.
Nama ini diberikan oleh para leluhur suku Aplasi yang merupakan suku tertua di Insana.
Itulah sepenggal cerita rakyat tentang sejarah nama Gua Bitauni.
Seiring berjalannya waktu Gua ini ditemukan lagi oleh Pastor Petrus Noyen, SVD dan Pastor Arnoldus Verstralen, SVD. Sejak kedatangan kedua Misionaris asal Portugis tersebut Agama Katolik mulai berkembang di Insana.
       Konon sebelum meninggalkan Bitauni kedua Pastor tersebut menitipkan sebuah Patung Bunda Maria yang terbuat dari kayu pada satu Keluarga untuk disimpan didalam Gua. Namum seiring perjalanan waktu, patung tersebut hilang dan tidak pernah ditemukan lagi.
Diperkirakan patung tersebut hilang karena perdagangan barang antik.
Pada tahun 1920 datang lagi seorang Pastor bernama  Yohanes Smit, SVD. Dan sebelum meninggalkan Bitauni pada tahun 1936 Pastor tersebut menempatkan sebuah Patung Bunda Maria didalam Gua. Dan sampai sekarang patung tersebut masih tersimpan dan terpelihara dengan baik.
Pada tahun 1970 – 1977 dilakukan pemugaran pelataran Gua Bitauni.

Dan pada saat itulah Pater Petrus Verhaelen Menambahkan kata Siti pada Gua Santa Maria Bitauni sehingga


berubah menjadi GUA SANTA MARIA SITI BITAUNI.
        Saat ini Gua Santa Maria Siti Bitauni menjadi tujuan utama wisata rohani di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Puncak kegiatan rohani biasanya dilaksanakan saat Perayaan Jumat Agung dan saat Perayaan Bulan Rosario yakni, Bulan Mei dan Oktober.
Pada Bulan – bulan tersebut para umat harus berantrian untuk berdoa karena padatnya peziarah.